Letak Geografis Suku Asmat terdiri dari pantai
selatan dan merupakan wilayah yang terisolasi di Propinsi Irian Jaya.
Papua
terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana daerahnya
yang bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi daerah
Indonesia lainnya. Di daerah pesisiran barat dan utara beriklim tropika lembap
dengan tadahan hujan rata-rata berjumlah diantara 1.500 – 7.500 mm pertahun.
Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara dan di pegunungan
tengah, sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai selatan.
Suhu udara bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Daerah ini memiliki luas sekitar
10.000 mil persegi dan terdiri daria rawa dan hutan bakau.
·
1. Penduduk
daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum rumah di atas tiang (rumah
panggung) dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan).
2. Penduduk
daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lembah serta kaki
gunung. Umumnya mereka bermata pencaharian menangkap ikan, berburu dan
mengumpulkan hasil hutan.
3. Penduduk
daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan berternak secara
sederhana.
Umumnya
masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatan dengan menganut garis keturunan
ayah (patrilinea). Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat
berpenduduk asli Papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat
dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan. Dalam perilaku sosial
terdapat suatu falsafah masyarakat yang sangat unik, misalnya seperti yang
ditunjukan oleh budaya suku asmat yang membuat genderang dengan menggunakan
darah. Ada banyak pertentangan di antara
desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat
untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung,
kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama.
Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus
daun sago yang dipanggang dan dimakan.
Suku Asmat percaya bahwa semua hal memiliki
roh apakah manusia, hewan, tanaman dan bahkan lokasi khusus seperti pusaran air
atau dasar sungai. Mereka juga percaya bahwa dunia terbagi antara yang dapat
dilihat dan apa yang tak terlihat yang merupakan alam roh. Hal ini dianggap
penting untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara terlihat dan tak terlihat.
Dalam hal ini, kelahiran dan kematian penduduk seimbang antara alam terlihat
dan tak terlihat dan satu tidak dapat terjadi tanpa yang lain. Hal ini akan
memanifestasikan dirinya dalam penyakit, kematian kelaparan, dan malapetaka
yang akan disebabkan oleh roh-roh yang sudah mati.
Di Suku asmat sekitar 100 sampai
1000 orang hidup di satu kampung. Setiap kampung punya satu rumah Bujang dan
banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan.
Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi
dan dapur sendiri. Hari ini, ada kira-kira 70.000 orang Asmat hidup di
Indonesia. Mayoritas anak-anak Asmat sedang bersekolah.
Budaya suku asma yang terkenal
adalah ukiran kayunya yang memiliki arti
disetiap ukirannya itu :
1. Melambangkan
kehadiran roh nenek moyang.
2. Untuk menyatakan rasa sedih dan bahagia.
3. Sebagai
suatu lambang kepercayaan dengan motif manusia, hewan, tetumbuhan dan
benda-benda lain.
4. Sebagai
lambang keindahan dan gambaran ingatan kepada nenek moyang.
0 Response to "suku asmat in papua (Indonesia)"
Post a Comment